Sabtu, 25 Maret 2017

Jiwa yang Berkelana (4)

1
JIWA YANG BERKELANA
Bagian Keempat (selesai)

Demikianlah, dongeng tentang Jiwa berpetualang dari satu dimensi ke dimensi lainnya, dari satu masa ke masa lainnya, konon reinkarnasi atau perjalanan jiwa ini terjadi selama 14 kali, yaitu 7 kali melalui masa gelap dan 7 kali melalui masa terang sampai tiba purnama jiwa.

Demikian juga kita pernah mendengar tentang konsep 7 lapis neraka dan 7 lapis surga. Kiranya konsep tahapan 14 masa ini mungkin mengikuti pola dari bulan, dari mulai bulan gelap sampai purnama yang 14 hari.

Demikian juga selanjutnya sebagai penutup dari tulisan ini, ada satu pendekatan lain, yaitu konsep Tujuh Turunan.  Apabila kita melihat perbedaan status sosial antar manusia (kelas sosial) dari masa ke masa setidaknya ada dua hal yang paling umum sering digunakan, yaitu kepemilikan materi dan kepandaian ilmu. Penguasaan materi dan ilmu apabila dilihat dari sisi sebagai potensi, bisa kemudian dikatakan sebagai nasib dan bakat.

Dari sisi keilmuan dalam berbagai bidang, manusia memiliki minat dan bakat yang berbeda-beda dan dalam satu minat dan bakat yang sama, aktualisasi keberhasilan dalam kehidupan berbeda-beda, ada yang kemudian dikatakan nasibnya baik yaitu bisa mengaktualisasikan minat dan bakatnya dengan optimum dan ada yang tidak berhasil, apapun penyebabnya, boleh jadi dikarenakan kurangnya dukungan materi atau jaringan, atau memang kurang pas usaha yang mesti dilakukan sehubungan dengan pengaktualisasian minat dan bakatnya, namun secara general, sebuah bangsa yang dikatakan sukses adalah bangsa yang bisa seoptimum mungkin memberikan kesempatan pengaktualisasian minat dan bakat dari penduduknya.

Berbicara tentang nasib, tidak lepas dengan istilah takdir. Bagi penulis, perbedaan antara nasib dengan takdir adalah:

1. Takdir adalah ketetapan Tuhan atas segala kejadian yang sudah terjadi dan akan terjadi, yaitu bahwasannya kita sangat meyadari bahwa bagi Tuhan tidak ada ruang dan waktu. Penciptaan alam semesta itu sudah selesai dari awal sampai akhirnya sedari awalnya, dalam suatu ketetapan yang tidak akan berubah. Tetapi kita tidak mengetahui apa yang akan terjadi sehingga adalah sangat keliru berprasangka terhadap takdir yang akan datang, kita sebagai manusia hanya bisa menyatakan yang telah terjadi sebagai takdir dan menerima setiap konsekuensi atas takdir. Terhadap yang belum terjadi kita semestinya hanya fokus kepada mengusahakan yang terbaik yang bisa dilakukan.

2. Nasib adalah potensi terhadap masa depan berdasarkan apa yang telah dan sedang terjadi. Nasib adalah sedang membicarakan takdir dari sudut pandang manusia, yaitu melihat kepada sebab dan akibat yang membuatnya terjadi. Sehingga fokus dari pertanyaan tentang nasib adalah, apa yang bisa dilakukan untuk memperbaiki situasi dan kondisi apabila dirasa belum sesuai harapan dengan kenyataan.

Karena itu dikatakan bahwa nasib bisa berubah karena usaha, baik usaha yang baik atau buruk. Usaha yang baik akan memperbaiki nasib, namun usaha yang keliru atau buruk akan mengubah nasib baik menjadi buruk.

Melihat nasib dalam kondisi fisik, kita paham bahwa tidak ada manusia yang sama di dunia ini, garis tangan setiap manusia itu berbeda, juga sidik jari dari setiap manusia tidak ada yang sama, dan DNA yang secara detail membedakan manusia yang satu dengan manusia lainnya itu tidak ada yang sama.

Hal-hal tersebut di atas (nasib, minat, bakat, dan fisik) adalah dasar dari perbedaan, dalam perbedaan setiap manusia ini tampaklah ada garis nasib dan takdir dari setiap manusia yang berbeda-beda. Siapa yang sudah bisa melihat perbedaan antar manusia itu pada kenyataannya berbeda-beda, yang semua pada dasarnya adalah sebagai berkat dari manifestasi keadilan Tuhan, mestilah sudah tersadar tentang pentingnya hidup selaras dan saling membantu antar setiap manusia. Perhatikan contoh nyata berbedanya nasib antar kehidupan manusia dalam sebuah keluarga dengan beberapa saudara sekandung, biarpun secara DNA dekat kemiripannya, namun tampak jelas bahwa nasib dan bakatnya berbeda-beda.

Sebab kita terlahir adalah dari perkawinan ayah dan ibu. Dan ayah dan ibu kita masing-masing pun demikian, terlahir dari ayah dan ibunya. Dan demikian juga kakek dan nenek kita, terlahir dari ayah dan ibunya masing-masing. Yang ingin dicermati disini adalah, biar saudara sekandung terlahir dari kedua orang tua yang sama, namun DNA yang terbentuk berbeda, karena garis yang dominan dari kakek dan nenek, dari buyut, dan seterusnya sampai setidaknya tujuh pasang leluhur ke atas itu berbeda-beda.

Demikianlah, sudah menjadi ketetapan Tuhan dan sebagai sebuah keniscayaan, bahwa setiap manusia itu terlahir dengan nasib dan bakat yang berbeda-beda. Dalam satu keluarga, bakat dan rejeki setiap anak itu berbeda.

Yang sering tidak disadari, padahal sangat penting, dan sesungguhnya inilah kunci kebahagiaan dalam kehidupan, bahwa apabila setiap anak dalam satu keluarga saling membantu, maka kehidupan satu keluarga dengan saudara-saudara kandung ini akan saling mencukupkan. Anak yang punya bakat memimpin bisa memimpin anak-anak lainnya dan anak yang memiliki nasib materi lebih baik bisa mendukung saudara lainnya yang terbatas rezeki materinya, sehingga demikian juga, bila kita kemudian melihat semua manusia adalah satu keluarga besar, setiap manusia sesungguhnya bisa saling membantu manusia lain sehingga bisa diperoleh suatu kesejahteraan bersama atau kebahagiaan bersama.

Kebahagiaan bersama adalah esensi dan pengejawantahan dari kebahagiaan Jiwa yang telah dibahas sejauh ini. Tidak akan tercapai kebahagiaan Jiwa yang hakiki apabila hanya berhenti sampai di kebahagiaan diri pribadi masing-masing saja. (Catat, karena ini sangat krusial)

Inilah saat ketika berkat dari Tuhan Yang Maha Esa turun, yaitu ketika kita menyadari rasa persatuan yang memunculkan rasa kasih sayang dan kekeluargaan antara sesama manusia untuk  beroleh hidup bahagia bersama. Bahwa sesungguhnya, setiap harta dan ilmu yang digunakan untuk membantu orang lain itu menarik kebaikan untuk si pemberi harta atau si pemberi ilmu. Sebaliknya, bila tidak suka memberi, biar harta berlimpah dan ilmu banyak, seorang kaya atau banyak ilmu tidak akan bisa beroleh bahagia yang hakiki.

***

The Spirit Carries On
by Dream Theater

Where did we come from? Why are we here? Where do we go when we die? What lies beyond And what lay before? Is anything certain in life?

They say "Life is too short" "The here and the now" And "You're only given one shot" But could there be more Have I lived before Or could this be all that we've got?

If I die tomorrow I'd be alright Because I believe That after we're gone The spirit carries on

I used to be frightened of dying I used to think death was the end But that was before I'm not scared anymore I know that my soul will transcend

I may never find all the answers I may never understand why I may never prove What I know to be true But I know that I still have to try If I die tomorrow
I'd be alright Because I believe That after we're gone The spirit carries on

"Move on, be brave Don't weep at my grave Because I'm no longer here But please never let Your memories of me disappear"

Safe in the light that surrounds me Free of the fear and the pain My questioning mind Has help me to find The meaning in my life again Victoria's real I finally feel At peace with the girl in my dreams And now that I'm here It's perfectly clear I found out what all of this means

If I die tomorrow I'd be alright Because I believe That after we ’ re gone The spirit carries on...



***

Lanjutkan ke Bagian 2: Akhir Perjalanan Jiwa



Tidak ada komentar:

Posting Komentar