Jumat, 24 Maret 2017

Prolog

P R O L O G

"MENUJU KEBAHAGIAAN BERSAMA"

“Atas Karunia Tuhan Yang Maha Kuasa semoga kehidupan kita terus menjadi lebih baik, yaitu meraih kehidupan yang nikmat untuk dijalani.”

Demikian kalimat pembuka dari tulisan ini, dibuka dengan pengharapan atas Karunia Tuhan. Tuhan kita semua Yang Esa, Yang Satu, dan Yang Sama. Tuhan yang disebut dengan berbagai Nama yang Agung sepanjang masa.

Tuhan sebagai Dia Yang Maha Kuasa akan banyak disebutkan di buku ini, karena keterkaitannya dengan Kebahagiaan Jiwa yang berlandaskan kepada kesadaran atau naluri kita sebagai manusia untuk berketuhanan.

Perjalanan sepanjang masa dari para “Orang Suci” berkisah tentang pencapaian tertinggi dan tujuan terbesar manusia yang lahir, tumbuh, dan berkembang menjadi dewasa sebelum akhirnya tua dan mati, adalah tentang kebahagiaan. Kebahagiaan dan kenikmatan adalah awal dari keberadaan kita, sehingga adalah akhir dari yang sepatutnya diraih setiap manusia yang menjalani proses kehidupan.

Perjalanan Kehidupan

Kondisi kehidupan yang selalu naik dan turun dan kondisi intelektual serta material yang berbeda-beda dari setiap manusia Indonesia. Membuahkan pertanyaan dan tantangan besar, bagaimana agar setiap manusia tanpa terkecuali bisa menjadi benar-benar bahagia menjalani kehidupannya? Tulisan ini, adalah usaha menjawab tanya tersebut.

Sepatutnya sebagai manusia dan masyarakat yang Berketuhanan, kita meyakini, bahwa hanya dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa maka segala bentuk pembangunan untuk kebahagiaan bersama barulah bisa diaktualisasikan dengan baik dan benar, yaitu ketika segala tantangan dan godaan, yang berlandaskan materi dan kekuasaan ego pribadi, yang adalah musuh besar dari setiap misi pembangunan, bisa ditundukan.

Kisahnya dimulai dengan "Tulisan Kebahagiaan dari Masa ke Masa" yang berkisah tentang kebahagiaan, ketuhanan, dan kemanusiaan sepanjang masa, mengambil intisari buah inspirasi secara singkat dari enam tokoh dunia: Idris/Annukh, Sang Buddha, Konfusius, Socrates, Al-Ghazali, dan John Locke yang susunannya dibuat berdasarkan masa hidup mereka.

Kemudian dilanjut dengan Delapan Pokok Kebahagiaan Konstan yang bertujuan untuk memahami dan meraih kebahagiaan hakiki “didalam”  sehingga bisa membebaskan bentuk-bentuk stres, kesusahan, kesedihan, kemarahan, dan ketidakpedulian yang umum dialami oleh masyarakat agar selanjutnya bisa menjadi lebih aktif, kreatif, dan produktif dalam mengolah kehidupan dengan tidak berlandaskan kepada materi atau kebendaan namun lebih kepada pemahaman akan nilai kejiwaan yang bersifat spiritual sebagai jati diri pribadi dan bangsa.

Pada bagian selanjutnya Dongeng Tentang Jiwa akan diceritakan secara lebih dalam tentang perjalanan dari Jiwa agar pembaca melihat dari sudut pandang yang lebih luas tentang makna Ketuhanan, bahwa kebenaran tentang Tuhan yang Satu bisa seolah menjadi tampak berbeda tanpa adanya Hikmat Kebijaksaan yang diperoleh manusia melalui kemampuan olah baca Pengalaman Hidup-nya masing-masing.

Karena biarpun olah baca pengalaman dilakukan sendiri-sendiri, namun ketika “ketemu” pada suatu titik kebenaran yang bersifat esensi, maka kebenaran akan selaras antara satu manusia dengan manusia lainnya dan tiada akan ada perbedaan di dalamnya. Ini terjadi ketika suatu kebenaran tidak bersandar pada pikiran maupun perasaan manusia yang subjektif dan tidak juga bersandarkan kepada “katanya” manusia lain.

Kebenaran seperti ini berasal dari Hati Nurani atau Jiwa, kebenaran yang kemudian bolehlah disebut sebagai “kebenaran yang berasal dari Tuhan”, yaitu kebenaran yang telah terbukti kenyataannya melalui perjalanan hidup yang telah kita lalui dan diterima secara universal oleh setiap manusia.

Bhinneka Tunggal Ika

Dengan melihat secara lebih luas dan pemahaman yang lebih mendalam, diharapkan setiap manusia Indonesia yang ber-Bhinneka Tunggal Ika benar-benar menghargai perbedaan yang ada, bahwa keyakinan yang bersifat personal itu ada tanpa perlu menghakimi keyakinan orang lain yang berbeda secara melampaui batas, dan bahkan sudah sepantasnya kita mampu untuk melihat perbedaan perjalanan setiap jiwa manusia sebagai anugrah dan berkah untuk bersama, sebagaimana saat ini di Indonesia adanya perbedaan atas ragam kebudayaan dan suku bangsa dilihat sebagai berkat untuk saling mengenal, yang dengannya kita bisa saling berbagi manfaat sehingga kehidupan menjadi lebih indah untuk dinikmati bersama.



Terakhir, buku ini ditutup dengan Kebersamaan Kita dalam Pancasila, mengenai perlunya ada usaha bersama untuk mewujudkan suatu bentuk kesejahteraan bersama dan bila perlu menggebrak kondisi yang ada bila dirasakan kondisi saat ini buruk adanya sebagai sebuah bangsa.

Mengingatkan kembali kita semua, bahwa nilai Ketuhanan dan sekaligus pengejawantahannya dalam wujud nilai Kemanusiaan akan memunculkan rasa Kebersamaan yang diikuti pentingnya membangun Kepemimpinan, adalah usaha bersama dari kita dalam mewujudkan Kesejahteraan yang bermakna kebahagiaan bersama sebagai bentuk kebahagiaan yang sebenarnya, dalam wujud Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.


Diagram The Constant Happiness





Tidak ada komentar:

Posting Komentar